GURU KONTRASEPSI
Dalam tulisan saya kali ini bukan untuk mendegradasi kemuliaan
seorang guru atau memposisikan Guru setara dengan anggapan umum kata kontrasepsi.
Kontrasepsi yang penulis pilih sebagai kosa kata adalah sebuah usaha dalam
mencoba menjelaskan beberapa fakta di lapangan yang mempunyai kesamaan makna
dan fungsi dalam beberapa kasus yang menempel pada seorang guru sebagai
Pendidik dan personal.
Beberapa hal yang
bisa penulis tarik sebagai wacana teoritis maupun praktis muncul dari perilaku
seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik. Persamaan fenomena
guru dalam menjalankan tugas mulianya untuk menstranfer ilmu maupun contoh
perilaku mengindikasikan adanya beberapa tindakan yang mempunyai kesamaan
dengan definisi dan fungsi dari teori kontrasepsi. Dalam pembahasan ini saya
tidak mengambil kosa kata yang digabungkan dengan alatnya seperti alat
kontrasepsi, tapi mengambil teori kontrasepsi yang dikaitkan dengan fungsinya.
Seorang Guru menempel
pada dirinya tugas dan fungsi yang jelas dan terintegrasi dengan perilaku dalam
menjalankan aktifitasnya baik di dalam pembelajaran maupun dalam kehidupannya.
Guru tidak bisa melepas personal identitasnya walaupun tugas pembelajarannya
dengan murid sudah selesai, di luar kelas
jati dirinya sebagai seorang guru masih melekat dan tetap menjadi contoh bagi masyarakat. Persepsi murid, teman
sesama guru, wali murid, teman pergaulan maupun masyarakat ikut mengawal sebuah
gelar yang disandangnya yaitu “GURU”. Dalam perjalanannya gelar inilah yang
kadang bisa menjadi sebuah kehormatan atau sebaliknya menjadi beban.
Proses menjalankan
tugas dan fungsinya baik di lembaga penididikan maupun dirumah menghendaki
seorang guru melampiaskan atau menahan beberapa keinginan, kebutuhan atau
kewajiban yang harus dia pilih dan pilah dalam memberikan pembelajaran yang
baik kepada murid atau memberikan contoh bagi masyarakat. Dalam perjalanannya,
berbagai macam pengaruh baik dari internal maupun eksternal secara perlahan menggerus identitasnya sebagai
seorang guru. Konsep sebagi guru yang baik dan profesional seiring berjalannya
waktu menjadi tertikis dan luntur. Berbagai kemampuan teoritis dan praktis yang
menjadi rujukan semua guru untuk dapat menjadi profesional ditinggalkan dan
terabaikan baik dengan alasan disengaja atau memilih asumsi praktis dari
analisa yang muncul selama menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.
Seorang Pendidik terkadang tidak mengadopsi berbagai metode atau teknik penyampaian pembelajaran yang sudah ada, tetapi memilih metode dan tekniknya sendiri dengan cara menggabungkannya atau menganalisanya dengan pola pikir personal , bahkan ada yang tidak memahami teori-teori pembelajaran sehingga lebih nyaman dengan cara dan gaya sendiri, tidak butuh teori pakem atau literatur yang ada. Kemampuan inilah yang bisa disebut dengan kemampun kontraseptif. Penulis melihat Apakah itu kemampuan atau sifat muncul berbarengan atau beririsan dengan segala sifat kontraseptif adalah merupakan bagian yang integral dalam memudahkan penyebutan pola perilaku guru. Pada akhirnya penyebutan guru kontrasepsi diarahkan untuk mempermudah pendiskripsian pada figur guru yang mempunyai sifat seperti dalam penggunaan istilah kontrasepsi atau Guru Kontra Konsepsi. Fakta tersebut yang membuat penulis mengaitkan profil sikap guru tersebut dengan teori kontrasepsi dalam dunia kesehatan. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar